Janganlah kalian berpegang teguh dengan dzahir ayat dan hadits mutasyabihat.
صُوْنُوْا عَقَائِدَكُمْ مِنَ التَّمَسُّكِ بِظَاهِرِ مَا تَشَابَهَ مِنَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ فَإِنَّ ذٰلِكَ مِنْ أُصُوْلِ الْكُفْرِ
“Jagalah aqidah kalian dari berpegangan kepada zhahir ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi yang mutasyabihat sebab hal ini [yaitu mengambil makna zhahir ayat atau hadits mutasyabih] merupakan salah satu pangkal kekufuran.”
Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa yang mengambil zhahir sebagian ayat al-Qur’an dan hadits yang disangka bahwa Allah mempunyai jisim (bentuk) yang menetap di atas arsy atau di arah bumi, atau meyakini Allah mempunyai anggota tubuh, atau meyakini Allah bergerak dan semua sifat-sifat makhluk, maka dia telah keluar dari agama Islam. Karena berarti orang ini telah menyamakan Allah dengan makhluk akibat kesalahannya dalam memahami ayat atau hadits.
Adapun hadits yang tidak boleh diambil zhahir maknanya adalah seperti hadits:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ، يَقُوْلُ: مَنْ يَدْعُوْنِيْ فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِيْ فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ.
HADITS INI TIDAK BOLEH DIYAKINI
bahwa Allah bergerak, turun dari atas ke langit dunia dan menetap di sana sehingga waktu fajar datang, kemudian naik ke arsy.
Anehnya dari mereka (yaitu kaum musyabbihah seperti kelompok wahabi yang meyakini bahwa Allah sebesar arsy dan meyakini Allah adalah benda yang bersemayam di atas Arsy), mereka sanggup mengaku bertauhid namun kemudian mengatakan bahwa Allah memang turun secara fisik ke langit dunia dengan alasan berdalih pada hadits ini.
Padahal mereka mengetahui bahwa langit dibanding arsy seperti satu titik di hadapan padang yang luas (artinya arsy adalah makhluk Allah yang paling besar bentuk dan ukurannya). Rasulullah bersabda:
مَا السَّمَوَاتُ السَّبْعُ فِى جَنْبِ الْكُرْسِيِّ إِلَّا كَحَلْقَةٍ فِى أَرْضٍ فَلَاةٍ، وَفَضْلُ الْعَرْشِ عَلَى الْكُرْسِيِّ كَفَضْلِ الْفَلَاةِ عَلَى الْحَلْقَةِ
“Tujuh langit (dan tujuh bumi) dibandingkan dengan kursi bagaikan cincin di padang pasir yang luas, dan bandingan arsy atas kursi seperti bandingan padang pasir tersebut dengan cincin.” (HR. Ibnu Hibban).
Artinya menurut mereka (wahabi) yang meyakini Allah berada di atas arsy, bahwa setiap sepertiga malam terakhir Allah mengecil sehingga muat di langit dunia. Karena bentuk arsy sangat besar, sedangkan langit sangat kecil dibanding arsy.
Inilah kesesatan mereka (wahabi) Dari aqidah tauhid yang sebenarnya, dari aqidah Ahlussunnah wal jama’ah…mereka dengan keyakinan yang demikian itu telah mencaci dan menghina Allah, yaitu menyerupakan Allah dengan makhluk. Naudzu billah min dzalik.
Maka inilah yang menjadi bukti kepincangan akal mereka (wahabi).
Atas dasar perkataan mereka juga menyebabkan menyebarnya pemahaman bahwa Allah senantiasa turun dan naik hingga menyesuaikan malam di setiap belahan bumi, ..karena jelas bahwasanya waktu sepertiga suatu malam akan berbeda dengan berbedanya negara.
Jadi menurut keyakinan wahabi ini, bahwa Allah setiap waktu turun dan naik, karena setiap daerah malamnya berbeda. Inilah bukti lain kebodohan akal mereka (wahabi).