DEFINISI BID’AH MENURUT BAHASA ADALAH :
SESUATU YANG BARU YANG TIDAK TERDAPAT CONTOH SEBELUMNYA’:
SEBAGAIMANA ALLAH BERFIRMAN :
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
“Allah pencipta langit dan bumi” [Al-Baqarah/2 : 117]
Artinya : Adalah Allah yang mengadakannya tanpa contoh sebelumnya.
Bahkan adakalanya sesuatu yang baru justru harus dilakukan, sebagaimana contoh pembukuan ALQUR’AN
مَا لاَيَتِمُّ الوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ
“Sesuatu yang tanpanya kewajiban tidak akan berjalan sempurna maka sesuatu itu pun menjadi wajib hukumnya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du:”Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan”
(HR. Muslim no. 867)
Ibnu Hajar al-Asqolani (w 852 H) berkata :
والمراد بقوله كل بدعة ضلالة ما أحدث ولا دليل له من الشرع بطريق خاص ولا عام
“yang dimaksud dengan ucapan baginda Nabi ﷺ; “setiap bid’ah adalah sesat” adalah sesuatu yang baru yang tidak punya dalil dari syari’at, baik dalil itu secara umum atau secara khusus”
Allah berfirman.
وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا
Apa yang Rasulullah bawa kepadamu, maka ambillah dan apa yang Rasulullah larang kepadamu maka hentikanlah .
Dalam ayat tersebut jelas menunjukkan bahwasanya apa yang Nabi tinggalkan dan tidak dilakukan, bukan menjadi dalil pengharaman.
KECUALI BILA NABI MELARANGNYA.
Nabi Shallallahu alaihi wassallam bersabda
ما أمرتكم به فأتوا منه ما استطعتم وما نهيتكم عنه فاجتنبوه
Apa yang aku perintahkan kepadamu, maka
lakukanlah semampumu, dan apa yang aku larang padamu maka jauhilah “ (HR. Bukhari & Muslim ) .
Demikian halnya hadits diatas bahwa yang harus ditinggalkan adalah hal yang dilarang, sedang yang tidak dicontohkan bukan berarti
Sesuatu yang haram, bid’ah sesat.
Dengan demikian jelas bahwa Umar Radhiyallahu anhu sebagai sahabat nabi sangat faham dengan apa yang dimaksud nabi dengan bid’ah, baik bid’ah yang sesat /dilarang dan bid’ah baik.
Perkataan Umar berkenaan shalat tarawih dengan mengatakan sebagai sebaik baik bid’ah jelas sebagai petunjuk dan contoh dari beliau bahwa bid’ah terdiri dari bid’ah baik dan bid’ah buruk, adapun sebab apa yang beliau lakukan tidak melanggar syariat(hukum hukum islam),maka disebut bid’ah baik, meski nabi tidak mencontohkan nya.
Sungguh sangat jelas memberikan makna bahwa bid’ah sesuai maksud nabi itu terbagi bid’ah baik dan bid’ah buruk..
Setiap bid’ah yang buruk adalah kesesatan dan setiap yang sesat tempatnya dineraka.
Atas dasar hal tersebut maka imam SYAFII merumuskan bid’ah dalam hujjah nya yang disepakati para ulama.
IMAM SYAFII BERKATA :
‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu ketika menghidupkan shalat tarawih secara berjama’ah, beliau berkata:
نعم البدعة هذه
“Sebaik-baik bid’ah adalah ini”.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata,
البدعة بدعتان: بدعة محمودة، وبدعة مذمومة، فما وافق السنة، فهو محمود، وما خالف السنة، فهو مذموم
” Bid’ah itu ada dua macam yaitu bid’ah mahmudah (yang terpuji) dan bid’ah madzmumah (yang tercela).
Jika suatu amalan bersesuaian dengan tuntunan rosul, itu termasuk amalan terpuji, namun jika menyelisihi tuntunan, itu termasuk amalan tercela ”
(Menggaris bawahi tuntunan rosul adalah Alqur’an dan Hadist/hukum (assunnah)
Hujjah Imam As Syafi’i dirujuk dan disepakati oleh imam TIGA (Ulama SALAFUSSHALEH) lainnya, serta hujjah para imam :
Al imamah Baihaqi, AlQodli Abu Bakar, Ibnnul Arabial Maliki, Hujjatul Islam Imam Al Qhajali, Ibnu Hazm, Ibnu Hazm Az Zahiri, Ibnu Jauzi, Ibnul Atziral Jazari, Al Imam Al Izz Ibnu Abdissalam, Al Imam An Nawawi, Al Hafiz Ibnu Hajar al Asqolani, Al Imam Asy Syaukani, Al Imam Hafiz Muhammad bin Ahmad Al qurtubi, Al Imam as Suyuthi 17 ahli lainya dll.