Apakah Allah Mempunyai Tangan? Ini Penjelasan Untuk Kaum Mujasimah!

Posted on

Apakah Allah Mempunyai Tangan? Ini Bantahan untuk Para Kaum Mujassimah
Salah satu perkara aqidah yang paling sering jadi polemik dan disalahpahami adalah mengenai ayat-ayat al Quran yang sepintas menggambarkan bahwa Allah punya anggota tubuh. Salah satunya adalah tentang kata “yadullah” yang mengisyaratkan Allah mempunyai tangan sebagimana aqidah para kaum Mujassimah. Lantas apakah benar bahwa Allah mempunyai tangan dalam artian secara fisik?
Dalam perkara Aqidah ini perlu dikaji secara khusus apakah betul makna “yadullah” di dalam al Quran atau hadits adalah bahwa Allah mempunyai tangan secara fisik (dalam arti organ tubuh).
Mengatakan bahwa Allah mempunyai tangan dalam bentuk fisik ini adalah kesalahan fatal. Oleh karenanya aqidah Mujassimah ini disepakati sebagai salah satu aqidah yang menyimpang oleh para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah.
Kata “yadullah” dalam al-Qur’an terdapat di berbagai ayat, contohnya sebagaimana berikut:
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ [ص: 75]
(Allah) berfirman, “Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku.(QS. Shad: 74)
Dalam ayat diatas terdapat kata “yadayya” yang secara harfiah berarti “kedua tangan”. Para Mujassimah mengartikannya secara harfiah sebagai organ tangan yang dikenal manusia, hanya bentuknya saja yang berbeda. Apakah benar maksudnya itu adalah kedua tangan Allah?
Secara objektif, sebenarnya dari ayat di atas yang konteksnya tidak sedang membahas tangan secara fisik.
Potongan ayat dari surat Shad 74 diatas membahas mengenai spesialnya penciptaan Nabi Adam dibanding makhluk lainnya sehingga secara khusus disebutkan dengan istilah “diciptakan dengan kedua tangan Allah”.
Karena sejatinya, semua makhluk diciptakan dengan cara yang sama sebagaimana disebutkan dalam berbagai ayat, yakni cukup Allah berkehendak untuk menjadikan sesuatu, kun fayakun, maka seketika itulah apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi.
Selain itu soal penciptaan Adam, Allah juga menjelaskan secara jelas bahwa prosesnya, tidak memakai organ fisik yang bernama tangan. Allah berfirman:
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.(QS. Ali Imran: 59)
Jadi cukup jelas bahwa kata “yadayya” diatas sama sekali bukan menunjukkan makna bahwa Allah mempunyai tangan dalam arti fisik. Kemudian mari kita lihat ayat lain di bawah ini.
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ
Dan orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu.” Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu, padahal kedua tangan Allah terbuka; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki.(QS. Al-Maidah: 64)
Ayat Al-Maidah: 64 di atas sama sekali ayat ini tidak membahas pose tangan, bahkan sama sekali tidak berbicara soal tangan dalam arti fisik. Ayat ini membahas tentang kedermawanan Allah yang diungkapkan dengan istilah “kedua tangan Allah terbuka”. Hal ini menjadi rancu apabila ayat ini dimaknai secara literal mengenai tangan Tuhan apakah terbelenggu ataukah terbuka lebar.
Berlanjut contoh ayat berikutnya;
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللهَ يَدُ اللهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ [الفتح: 10]
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka. (QS. Al-Fath: 10)
Makna Tangan Allah di atas tangan mereka dalam Surat Al-Fath: 10 ini hanya membahas tentang kuatnya perjanjian kaum muslimin yang dibuat dengan cara berbaiat berjabat tangan kepada Nabi Muhammad Saw yang diibaratkan seolah itu adalah baiat langsung kepada Allah Swt.
Maka sangat absurd bila kemudian ayat ini dimaknai secara literal sebagai posisi tangan Allah berada di atas tangan Nabi Muhammad dan kaum muslimim. Bahkan, tidak ada faedah apa pun dengan menjelaskan posisi tangan Allah (dalam arti fisik) dalam kaitannya dengan baiat yang dilakukan kaum muslimin pada Nabi.
Makna “Yadullah” Menurut Imam Hambali
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal memaknai kata Yadullah dengan tangan Allah dalam arti fisik ini jelas salah. Sebab dengan memaknai semacam ini sama saja dengan mengatakan bahwa Dzat Allah adalah jism (sosok tiga dimensi yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan tinggi secara fisik). Imam Hambali mengatakan:
كَانَ يَقُول إِن لله تَعَالَى يدان وهما صفة لَهُ فِي ذَاته ليستا بجارحتين وليستا بمركبتين وَلَا جسم وَلَا جنس من الْأَجْسَام وَلَا من جنس الْمَحْدُود والتركيب والأبعاض والجوارح وَلَا يُقَاس على ذَلِك لَا مرفق وَلَا عضد وَلَا فِيمَا يَقْتَضِي ذَلِك من إِطْلَاق قَوْلهم يَد إِلَّا مَا نطق الْقُرْآن بِهِ أَو صحت عَن رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم السّنة فِيهِ
“Imam Ahmad berkata: Sesungguhnya Allah Ta’ala mempunyai yadani (”dua tangan”) dan keduanya adalah sifat bagi-Nya dalam Dzat-Nya. Keduanya bukan organ tubuh untuk bekerja (tangan/kaki), bukan susunan, bukan jism atau pun jenis dari jism, bukan kategori sesuatu yang bisa diukur, tersusun, fragmen atau anggota tubuh untuk bekerja (jawârih). “Tangan” itu tak bisa dikiaskan dengan apa pun, bukan siku, bukan lengan, dan bukan pula apa yang dipahami dari kata “tangan” secara umum, kecuali [yang boleh adalah mengatakan] apa yang diucapkan oleh al-Qur’an atau apa yang sahih dari hadits Rasulullah Saw.” (al-Khallal, al-‘Aqidah, 104).
Dengan demikian Imam Ahmad jelas menolak mengartikan kata “yadullah” sebagai “organ tangan Allah” sebab organ adalah sesuatu yang dapat terukur dan tersusun. Sedangkan Dzat Allah bukanlah hal yang demikian.
Senada yang sama sebagaimana dinukil oleh Abu Fadl at-Tamimy (410 H), juga menegaskan sebagaimana berikut:
إِنَّ الأَسْمَاءَ مَأْخُوذَةٌ مِنَ الشَّرِيعَةِ وَاللُّغَةِ، وَأَهْلُ اللُّغَةِ وَضَعُوا هَذَا الاسْمَ – أَيِ الْجِسْمَ – عَلَى ذِي طِولٍ وَعَرْضٍ وَسَمْكٍ وَتَرْكِيبٍ وَصُورَةٍ وَتَأْلِيفٍ، وَاللهُ خَارِجٌ عَنْ ذَلِكَ كُلِّهِ – أي مُنزَّهٌ عَنْه – فَلَمْ يَجُزْ أَنْ يُسمَّى جِسْمًا لِخروجِهِ عَنْ مَعْنَى الْجِسْمِيّةِ، وَلَمْ يَجِىءْ في الشَّرِيعَةِ ذَلِكَ فَبَطلَ
“Sesungguhnya istilah-istilah itu diambil dari peristilahan syariah dan peristilahan bahasa sedangkan ahli bahasa menetapkan istilah ini (jism) untuk sesuatu yang punya panjang, lebar, tebal, susunan, bentuk dan rangkaian, sedangkan Allah berbeda dari itu semua. Maka dari itu, tidak boleh mengatakan bahwa Allah adalah jism sebab Allah tak punya makna jismiyah. Dan, istilah itu juga tidak ada dalam istilah syariat, maka batal menyifati Allah demikian.” (Abu al-Fadl at-Tamimy, I’tiqâd al-Imam al-Munabbal Ahmad bin Hanbal, 45).
Dengan demikian, pertanyaan apakah Allah mempunyai tangan dalam artian fisik? Maka jawabannya jelas tidak. Karena kata “yadullah” sejatinya sama sekali tak tepat bila diartikan sebagai “tangan”. Sebab maknanya bukanlah tangan sebagaimana didefinisikan dalam kamus yang dikenal manusia.
Allah sangat berbeda dengan semua makhluk ciptaan-Nya. Maka dari itu mengartikan sesuatu tentang Dzat atau sifat Allah tak bisa dilakukan secara harfiah sebagaimana mengartikan dzat dan sifat makhluk. Ini adalah aqidah seluruh ulama Ahlussunnah wal Jama’ah.
Wallahu a’lam bisshawab.
Artikel Sejenis  Allah SWT Bukanlah Mahkluk, Benda Atau Jisim Seperti Kata Wahabi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *