Kisah Taubatnya Seorang Wahabi Dan Kembali Ke Aswaja

Posted on
Salafiyyun berbuat berdasar pada dalil, bukan perasaan.
Begitulah doktrin yang biasa kami terima dulu saat masih kokoh di atas manhaj “salaf”, hingga membuat kami percaya kamilah yang paling berilmu, paling berdalil, paling kuat hujjahnya, dan sebagainya. 

Namun doktrin itu perlahan rontok dari dalam diri ketika:

  • Memperluas bahan bacaan.
  • Memperdalam pemikiran.
  • Mengintropeksi diri.
  • Memperluas wawasan.
  • Sering diskusi/debat.
  • Mencoba memahami dalil dan pendalilan orang lain.
  • Dan lain-lain.

Setelah melakukan itu semua maka kesimpulan yang kami dapat adalah: 

1. Ilmu Allah Sangat Luas
Ilmu Allah sangat luas, dan kami sering mendapati banyak  fatwa ulama kibar salafi bertentangan dengan ulama salafi yang lain dan terkadang fatwa salafi dengan mudah nya di bantah ustad2 lokalan kampung yang kami tuduh ahli bid’ah gax faham apa apa kecuali mengikuti nenek moyang dan kultur budaya, ternyata tidak semudah ucapan kami ulama ulama terdahulu bangsa ini berdakwah hingga menjadikan indonesia mayoritas muslim.
2. Jalan Kebenaran Itu Tetap Satu
Jalan kebenaran itu tetap satu, meski kendaraan untuk menujunya karena sesuai hadist riwayat muslim taklid kepada satu golongan memang bisa tersesat terlabih menyesatkan sadara seiman dan seaqidah dapat di pastikan wafat dalam keadaan tidak memdapat ridho Allah.
3. Tersadar Terhebak Hizbiyah
Tersadar bahwa selama ini kami lah yang terjebak Hizbiyah, dan mengatakan yang bukan kelompok kami itu Hizbi. 
4. Tersadar Bahwa Kami Salah
Sadar bahwa kelompok haroki yang kami jelek kan ternyata mau berjalan bersama sama bantu membantu dalam ukhuwah islamiayah terlebih jika tertimpa masalah tanpa ragu padahal kami dulu mengatakan Ahli bid’ah/sesat.
5. Tersadar Bahwa Kami Melakukan Bid’ah
Sadar bahwa kami sendiri banyak melakukan bid’ah dengan mengatakan bid’ah yang menurut faham imam salaf imam 4 mazhab dan para ulama setelah nya tidak termasuk bid’ah dan kami membiarkan penguasa sekuler dan liberal berkuasa hingga islam seoalah di pinggirkan dalam mengambil kebijakan, karena standara ke Ahllus sunnah kepada ulil amri/ pemerintah adalah mengajak kepada ta’at dan mengedepankan syariath sesuai yang dilakukan ulama” salaf. apapun konsekwensi nya.
6. Duri Dalam Daging Umat Islam
Menyadari bahwa kami duri dalam daging bagi ummat islam karena selama ini kami di doktrin diam terhadap penguasa dan tidak mendukung para mujahidin dimana pun yang berjuang meskipun kami tau ada yang menyimpang tapi banyak yang lurus membela iman islam, bahkan kami tidak punya empati sama sekali terhadap penderitaan kaum muslimin yang di zhalimi, terusir dari wilayah nya dan hancur lebur negara nya. bahkan kami cenderung menyalahkan mereka yang berjuang di jalan Allah. karena kami beranggapan tidak ada jihad yang syar’i Nauzubillah.

Sikap yang kami ambil setelah menyadari itu semua:

  • Keluar memisahkan diri dari kelompok salafi jadi jadian yang ternyata hakikatnya kaum Neo Murjiah yang pendapat nya atau fatwa nya untuk melindungi dan menguntungkan penguasa sekuler yang lebih dekat kepada kuffar dan tidak perduli dengan ummat islam di dunia, karena sejatinya faham Neo murjiah di kembangkan ulama yang masuk dalam lingkar kekuasaan pemerintahan.
Artikel Sejenis  Kelicikan Strategi Dakwah Wahabi Salafi di Indonesia
  • Berusaha mendalami dan mempelajari manhaj salaf yang sesungguh nya.
  • Lebih berhati hati dalam bersikap terhadap perbedaan ijtihadi dan tidak mudah menyalahkan terlebih memfitnah dengan mengatakan kalimat penyembah kubur, sufisme dan lain sebagai nya.
  • Karena setelah menyalahkan kami menjumpai fatwa fatwa yang berbeda dari ulama salafi yang lain, semua ini terjadi karena sempit nya ilmu pemahaman dan daya nalar kami akibat tidak membuka diri dari luas nya ilmu Allah.
  • Bertaubat dan kembali mendukungperjuangan umat islam di manapun, mesikupun berbeda firqoh/mazhab karena sejati nya kita se manhaj, seperti yang di contohkan syeikhul islam ibnu taimiyah yang berjuang bersama kelompok Asyairah dalam menghadapi kaum kuffar tartar meskipun sebagian kaum assyairah belum bisa menerima nya karena di hukumi sebagai kafir, namun memaafkan itu lebih diutamakan.
Berbalik meng counter faham wahabi yang mengaku salafi padahal palsu baik secara lisan atau tulisan dengan membongkar kedok kemurjiahan mereka agar nama SALAF kembali suci oleh ulah busuk yang menjadi benalu perpecahan ummat karena sadar atau tidak sudah takfiri seperti ISIS yang di persenjatai untuk menghancurkan negeri negeri arab. untuk menghalalkan tujuan terselubung mereka.
Secara sadar siapapun mu’min nya dari kelompok mana pun taklid buta itu bukan azaran salaf. prasangka baik dan ukhuwah islam sudah menjadi wajib, karena hakikat nya islam itu satu meski terpecah tapi akan ada yang selamat yaitu mereka yang beriman kepada Allah dan Rosulnya lurus dalam sunnah dan berjamaah.
Wallahu’alam.
Artikel Sejenis  Aswaja dan Wahabi, dua Agama yang Berbeda

2 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *