Enak Menjadi Orang Biasa Daripada Orang Alim

Posted on
Begitu persepsi orang yang belum pernah mencicipi ilmu pendidikan agama, bagaimana tidak terkadang kaidah separu hanya dipahami sepintas.
Betul memang imam Syihab ad-Din, Abu al-Abbas, Ahmad bin Husain bin Ali bin Yusuf bin Ali bin Ruslan, ar-Ramli as syafi’i “Ibn Ruslan” pernah menulis nadhom : 
 وعالم بعلمه لم يعملن     
 معذب من قبل عباد الوثن  
  
Terjemah sederhananya begini 
Orang Alim yang tidak mengamalkan ilmunya lebih dulu di siksa dari pada orang kafir penyembah berhala ” 
Sahabat Anas RA pernah menyampaikan Hadits Rasulullah SAW yang di riwayatkan imam Al Baihaqi dan imam Al Bazzar : 
أكثر أهل الجنة البله 
Paling banyaknya penduduk surga adalah orang bodoh.
Kalau begitu enak jadi orang biasa dari pada jadi orang yang alim.
Lantas bagaimana dengan persepsi diatas ?!!
Santai…!!
Jawab saja
Ada tiga poin yang menjadi pokok dalam konteks diatas,  pertama Ulama’ yang Alim tapi tidak mengamalkan semua ilmunya ini masih masuk pada golongan orang yang beruntung karena manusia secara fitrah bukan hanya di tuntut beribadah saja juga harus di sertai ilmu, ilmu dan ibadah adalah dua keharusan yang taklifkan terhadap manusia, dan menjadi orang berilmu “Alim” sudah menggugurkan salah satunya. Kedua Alhli ibadah tanpa disertai ilmu ibadahnya tidak dianggap artinya sia sia, terakhir tidak ahli ibadah juga tidak berilmu maaf ulama’ sepakat tidak mau membahasnya.
Dalam kitab kitab yang muktabatoh baik kutubus salaf maupun kutubul kholaf belum pernah dikisahkan ada ulama’ yang hanya mengumpulkan ilmu saja atau hanya beribadah saja, bagi ulama’ ilmu dan amal sudah menjadi satu paket, 
Guru saya KH M Said Abdurrohim pernah mengupas tentang hal ini dalam salah satu kitabnya “Arrozan syarhu fathil karim al-mannan fi adabi hamalati al qur’an”  beliau menyampaikan
ما رأينا العلماء الفحول أصحاب المذاهب والآراء المشهور والتصانيف المتداولة من المتقدمين والمتأخرين إلا وهم مكثرون من العبادة، بل كثير منهم يرتقون إلى قمم أهل العبادة،  وإذا كنا نستطيع أن نقتدي بهم في الجمع بينهما فنكثر العبادة ونجتهد في طلب العلم فحسن، وإن لم نستطع الإكثر منهما بحيث إذا اجتهدنا بالأوراد والعبادة تكاسلنا وتثاقلنا عن الجد والإجتهاد في طلب العلم، وهذا أكثر حال طلبة العلم في هذا العصر فالإكثار من طريقة التعلم بالجد والإجتهاد أفضل
Terjemah : 
Saya tidak melihat para ulama’ terkemuka yang sudah punya madzhab dan pemikran yang masyhur dan punya banyak karangan yang populer baik ulama’ mutaqoddimin ataupun ulama’ muta’akhirin kecuali mereka memperbanyak ibadah bahkan kebanyakan mereka punya derajat yang tinggi dimakom ibadah, dan jika memang kita mampu meniru mereka artinya mampu mengumpulkan dua paket ilmu dan ahli ibadah maka sangat bagus, namun kalau sekiranya tidak mampu apabila kita tekun dalam beribadah justru akan lalai dan berat untuk bersungguh sungguh dalam mencari ilmu, dan ini memang kebanyakan orang orang jazan sekarang, maka memperbanyak belajar ilmu dengan bersungguh sungguh ini yang lebih afdhol”.
Presiden RI ke-4, KH Abdurrohman Wahid atau yang di kenal dengan sebutan Gusdur penah ditanya tentang hal itu, beliau hanya menjawabnya dengan santai, ” ya..kan mereka tau jalannya Taubat” !!
Artinya begini kalau memang terpaksa harus pakek rasio, ya.. gampang saja, ibaratkan begini ulama’ itu barang berharga baju bagus lah.. orang bodoh anggap saja baju biasa murahan, jika sama sama kotor lantas mana yang akan dicuci terlebih dahulu?
Mesti yang baju yang bagus ! Tujuannya apa?, biar cepat cepat bersih biar ditaruh ditempat yang bersih surgalah minimal.
Nana : 5/8/21 PP MUS sarang rembang jawa tengah
Artikel Sejenis  Sikap Para Ulama Terhadap Definisi Bid'ah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *