Menghindari Ekstrimisme Dalam Memahami Islam

Posted on

Pelatihan Khatib Wasathiyah di Mojokerto kali ini terasa sangat istimewa karena dihadiri oleh Rais Am PBNU, KH Miftahul Akhyar. Beliau menyampaikan tatanan mempelajari Islam yang benar seperti yang selama ini diajarkan di pesantren yang merupakan warisan para ulama sejak dulu hingga berujung pada masa sahabat. Jundub bin Abdullah berkata;

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ، فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ، ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ، فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا
“Kami bersama Nabi shalallahu alaihi wasallam sementara kami anak-anak muda, kami belajar keimanan (akidah) sebelum kami belajar Al-Qur’an. Setelah kami belajar Al-Qur’an maka bertambah keimanan kami (HR Ibnu Majah, Thabrani dan Baihaqi)
Sebaliknya jika langsung mempelajari Al-Qur’an sebelum memiliki Akidah yang kuat maka akan terjadi seperti dalam riwayat berikut:
أخوف ما أخاف عليكم رجل قرأ القرآن حتى إذا رئيت بهجته عليه وكان ردءا للإسلام انسلخ منه ونبذه وراء ظهره وسعى على جاره بالسيف ورماه بالشرك .
“Sesungguhnya hal paling aku takutkan atas kalian adalah lelaki y ang rajin membaca Al Qurán, hingga bila indahnya bacaan Al Qurán telah nampak pada dirinya, dan ia telah berjasa membela Islam, namun ia berbalik arah dan mencampakkan Islam di balik punggungnya, kemudian ia memerangi tetangganya sendiri (sesama muslim) dengan pedangnya dan menuduh mereka telah menjadi musyrik.”
قلت : يا نبي الله أيهما أولى بالشرك الرامي أو المرمي ؟ قال : بل الرامي 
Huzaifah bertanya: “Wahai Nabi utusan Allah, siapakah dari keduanya yang paling layang menyandang status musyrik, yang menuduh atau yang dituduh?” Beliau menjawab: “Tentu yang menuduh.” (HR Ibnu Hibban).
Sumber: KH. Ma’ruf Khozin.
Artikel Sejenis  Mengenal Sunnah, Supaya Tidak Gagal Paham!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *