Perlu kamu ketahui bahwa “
Tahlilan” itu merupakan tradisi, istilah penyebutan bagi sebuah kegiatan/ritual keagamaan yang dimana biasanya di masyarakat (umat muslim) di Indonesia dan di negeri muslim lainnya itu dilakukan dengan acara/kegiatan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur’an, Dzikir, membaca
Tahlil (kalimah Tauhid لا إله إلا الله) serta membaca Shalawat.
Tradisi ini sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu dan sangat di kenal baik di Indonesia (khususnya), maupun di sejumlah negara muslim di luar sana (dengan penyebutan/ istilah nama berbeda) tapi rangkaian (isi kegiatan sama).
Rangkaian kegiatan tersebut tidak sedikitpun melanggar syari’at agama Islam, apalagi jika dihukumi “Haram”
Ini dasarnya (Pelarangan) atau dikatakan Bid’ah hingga diharamkan, dalilnya dari mana?
Wahabi Neo-Khawarij (yang ngaku Manhaj Salaf/ Salafi) palsu alias gadungan; bisa menjelaskan tidak nieh ?
Tradisi yang “BAIK” (tidak melanggar syari’at Islam) maka itu boleh dilakukan dan bisa tetap di jaga/lestarikan. Agama Islam TIDAK pernah sedikitpun melarang sebuah
Tradisi yang selama Tidak menyelisihi/melanggar aturan syari’at agama Islam!
Ajaran agama Islam di Indonesia dapat berkembang luas dan masuk di terima serta diamalkan, sebab diawali dari TRADISI di masyarakat yang sudah ada berjalan sejak berabad silam, oleh para Ulama kemudian dimasukkan ajaran agama Islam (tradisi buruk yang menyelisihi syari’at diubah perlahan, tanpa menghilangkan tradisi tersebut, akan tetapi metode/cara prakteknya yang disesuaikan dengan Syari’at). Melalui Tradisi, ajaran agama Islam dikembangkan, hingga dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Salah satunya dengan Kesenian (alat musik), maupun ritual lainnya, termasuk talilan ini.
Fahami ini :
العادة محكمة
“Adat Kebiasaan Dapat Dijadikan Hukum”
استعمال الناس حجة يجب العمل بها
“Apa yang biasa diperbuat orang banyak, adalah hujjah yang wajib diamalkan”
كل ما ورد بهالثرع مطلقا ولا ظا بط له فيه ولا فى اللغة يرجه فيه الى (العرف)
“Semua yang datang dari Syara’ secara MUTLAK, tidak ada ketentuannya dalam agama dan tidak ada dalam Bahasa, maka dikembalikan kepada Urf’.”
الحكم با لمعتا دلا با النادر
“Hukum itu dengan yang Biasa Terjadi; bukan dengan yang Jarang Terjadi”
Ingat dalam Kehidupan Bermasyarakat itu :
“Meninggalkan Adat Istiadat, Dapat Menimbulkan Permusuhan”
{Adat Istiadat, selama TIDAK melanggar/menyelisihi syari’at agama Islam, maka silahkan tetap dijalankan}
Pertanyaannya, apakah bagi wahabi faham yang seperti ini?
وقال ابن عقيل في الفنون لا ينبغي الخروج من عادات الناس إلا في الحرام فإن الرسول صلى الله عليه وسلم ترك الكعبة وقال {لولا حدثان قومك الجاهلية} وقال عمر لولا أن يقال عمر زاداد في القرآن لكتبت آية الرجم
وترك أحمد الركعتين قبل المغرب لإنكار الناس لها وذكر في الفصول عن الركعتين قبل المغرب وفعل ذلك إمامنا أحمد ثم تركه بأن قال رأيت الناس لا يعرفونه وكره أحمد قضاء الفوائت في مصلى العيد وقال : أخاف أن يقتدي به بعض من يراه
الإمام الفقيه ابن مفلح الحنبلي {الآداب الشرعية ج ٢ ص ٤٧
Dan satu hal lagi, dalam kegiatan Tahlilan sering disajikan berupa hidangan makanan/minum ; maka ini ada bentuk Kebaikan, Memuliakan tamu dan SEDEKAH.
Tidak terlarang, bukan haram.
Paling setidaknya hal tersebut masuk pada hukum makruh!
Orang Lain yang Ibadah dan Beramal Shalih, Lah ini malah kaum Munafik Wahabi Neo-Khawarij yang kejang kepanasan.
ما رءاه المسلمون حسنا فهوَ عند الله حسن وما رءاه المسلمون سيئا فهو عندا الله سيء {رواه أحمد}
Orang Tahlilan; mereka caci maki, dihina dan melarangnya. Eh giliran Maksiat, mereka biarkan, malah justru mendukung dan mereka ikutan melakukannya!
Jawab sendiri lah:
Waras tidak yang seperti itu?
Ujungnya itu Wahabi Neo-Khawarij; jika di tanya atau diajak Diskusi paling juga planga plongo dan nyengir.
مجلس زهرة البنات