Abah Guru KH. Ahmad Zuhdiannor pernah berkata, “Sebab adanya duka cita dan sakit hati, itu di sebabkan oleh pandangan yg mengutamakan keinginan nafsu.”
Apabila semua keinginan nafsu selalu untuk diwujudkan, maka itu lah sumber kekecewaan. Karena tak semua yg nafsu harapkan akan sesuai dg kenyataan.
Ketika kita mengharapkan sesuatu dg berlebihan yaitu dengan dorongan keterpaksaan, maka selama itu lah kita telah diperbudak oleh nafsu
Contohnya, saat kita sakit, yg nafsu inginkan hanyalah sehat. Maka dengan upaya apapun kita pasti akan mengusahakan untuk bisa sehat, tetapi jika kenyataan tak memberikan kesehatan, maka timbul lah sakit hati. Maka untuk tidak terbudaki oleh nafsu, milikilah pandangan positif terhadap apa yg tak kita sukai pada pandangan dzohir.
Yakinilah bahwa Allah tak pernah merugikan usaha seorang hamba atas apa yg ada di pikirannya. Ketika kita tak mampu memandang baik atas apa yg telah Allah tetapkan, maka sumber sakit di dalam hati secara perlahan akan berdatangan.
Tak perlu mengusahakan yg tak ada untuk menjadi ada, dan jangan pernah menyesali yang ada atas salah yg tercipta. Artinya, apa yg ada syukuri, jangan mencari yg tak ada, dan jangan menyesali atas sesuatu yg sudah ada.
Jawaban hidup sebagai solusi yg baik itu adalah pandangan dan pikiran yg positif. Tak akan ada ketenangan yg tercipta ketika pandangan dan pikiran terus mencela mencari muasal salah yg bermula.
Selama seseorang mampu mengerti dg semua sesuatu yg telah Allah beri, maka selamanya orang itu tak akan pernah merasa sakit hati.
Bahagia seorang hamba itu sangatlah sederhana, ketika ia mampu memandang baik terhadap apa yg di lihat dan di hadapinya, maka saat itulah senyum bahagia mampu tercipta dari bibirnya.
Ketika seseorang telah menyadari bahwa kekayaan yg selama ini telah dibangga-banggakannya tak pernah membuatnya bahagia. Maka barulah ia menyadari akan suatu pandangan yang selama ini telah di banggakannya telah membuat hatinya tersiksa. Inilah teguran Allah untuk menyadarkan hambanya yg selama ini telah mencintai dunia. Sakit hati kita terhadap dunia itu memiliki manfaat untuk menyadarkan hati.
Lahumul Fatihah.