Menggugurkan hujjah wahabi harus faham istilah azali.
Karena mereka berhujjah dengan lafadz mutasyabih (samar) yang diucapkan ulama salaf. Sehingga memungkinkan mereka menterjemahkannya kepada maksud maksud mereka yang rusak.
Imam Ibnu Katsir berkata :
ﺇﻧﻤﺎ ﻳﺄﺧﺬﻭﻥ ﻣﻨﻪ ﺑﺎﻟﻤﺘﺸﺎﺑﻪ اﻟﺬﻱ ﻳﻤﻜﻨﻬﻢ ﺃﻥ ﻳﺤﺮﻓﻮﻩ ﺇﻟﻰ ﻣﻘﺎﺻﺪﻫﻢ اﻟﻔﺎﺳﺪﺓ،
Dipastikan orang orang sesat berhujjah dengan lafadz mutasyabih yang memungkinkan mereka menterjemahkannya kepada maksud maksud mereka yang rusak.
ﻭﻳﻨﺰﻟﻮﻩ ﻋﻠﻴﻬﺎ،
Dan mereka menuliskannya di atasnya.
ﻻﺣﺘﻤﺎﻝ ﻟﻔﻈﻪ ﻟﻤﺎ ﻳﺼﺮﻓﻮﻧﻪ
Karena ihtimal lafadznya tatkala mereka menterjemahkannya.
Kitab Tafsir Ibnu Katsir.
Apa itu ihtimal ?
Suatu lafadz dikatakan ihtimal jika ada kemungkinan banyak maksud yang dikehendaki oleh orang yang mengucapkannya.
Sehingga bisa saja wahabi menterjemahkan perkataan salaf yang berkata dengan lafadz ihtimal sesuai akidah mereka, padahal ulama salaf yang dinukil perkataannya oleh wahabi tidak menghendaki makna yang diterjemahkan wahabi.
Sehingga untuk menggugurkan hujjah wahabi wajib menukil perkataan yang muhkam (jelas) dari ulama salaf tersebut.
Imam Ibnu Katsir berkata :
ﻓﺄﻣﺎ اﻟﻤﺤﻜﻢ ﻓﻼ ﻧﺼﻴﺐ ﻟﻬﻢ ﻓﻴﻪ؛ ﻷﻧﻪ ﺩاﻣﻎ ﻟﻬﻢ ﻭﺣﺠﺔ ﻋﻠﻴﻬﻢ،
Adapun perkataan yang muhkam, maka tidak ada jalan bagi mereka untuk memalingkan maknanya. Karena perkataan yang muhkam adalah yang membatalkan akidah mereka dan hujjah terhadap mereka.
Kitab Tafsir Ibnu Katsir.
Apa perkataan muhkam itu ?
Yaitu penetapan sifat di dalam azali.
Maka fahami makna azali.
Azali adalah keadaan ketika mahluk belum diciptakan. Dalilnya dari hadits yang muhkam :
كان الله تعالى ولم يكن شيء غيره
Allah ta’ala ada dan tidak ada segala sesuatu selainnya. (Hadits sohih bukhari)
Dan mewajibkan sifat ada terus menerus dan tidak akan hilang.
Sehingga jika dikatakan sifat di dalam azali, maka maksudnya adalah sifat sifat yang ada ketika mahluk belum diciptakan.
Langsung ke implementasinya.
Saya kasih contoh :
Perkataan Imam Al Muzani (murid Imam Syafi’iy) :
إن الله تعالى عال على عرشه
Sesungguhnya Allah ta’ala adalah yang tinggi di atas Arsy Nya.
Kitab Syarhus sunnah.
Perkataan ihtimal di sana adalah perkataan : ….yang tinggi di atas Arsy Nya.
Wahabi bisa saja menterjemahkan : Allah ta’ala yang tinggi BERADA di atas Arsy Nya.
Mereka tambah kata “BERADA”, lalu mereka berkata : ini bukti Imam Al Muzani seakidah dengan kami.
Bagaimana antum menjawabnya jika wahabi berhujjah dengan hujjah demikian?
Ikutilah nasehat Imam Ibnu Katsir, jawablah dengan perkataan yang muhkam, yaitu perkataan Imam Al Muzani :
وصفاته.. أزليات وليست بمحدثات
Sifat sifat Allah adalah sifat di dalam azali dan bukan sifat sifat yang baru.
Kitab Syarhus sunnah.
Maka seketika itu hujjah wahabi gugur dan akidahnya batal. Sebab di dalam azali tidak ada sifat berada di atas. Maksudnya ketika mahluk belum diciptakan tidak ada sifat berada di atas. Bagaimana mau disifati berada di atas, sedangkan alam semesta belum diciptakan, dan arah atas itu baru ada setelah alam semesta diciptakan. Ketika mahluk belum diciptakan tidak ada arah atas, bawah dan arah arah lainnya.
Orang yang mendalam ilmunya bisa faham. Maka dari itu Al Baihaqi mengatakan :
استوى بمعنى علا ولا يريد بذلك علوا بالمسافة والتحيز
Istawa dengan makna tinggi, dan tidak menghendaki dengan yang demikian itu tinggi dengan jarak (dari bumi) dan berada di atas.
Kitab Al Asma wa sifat.
Dan perlu diketahui juga, bahwa ulama salaf yang berkata dengan makna tinggi hanya sebagian saja. Sedangkan yang mayoritas mentafwidh maknanya, tidak menjelaskan maknanya. Mereka berkata Allah di atas Arsy, dan dipastikan tidak meyakini makna BERADA di atas Arsy. Karena mereka menetapkan sifat sifat Allah adalah sifat di dalam azali.
Oleh karena itu Allah ta’ala di dalam surat Ali Imron mensifati orang yang selamat dari ayat mutasyabihat dengan sifat :
والراسخون في العلم
Orang orang yang mendalam di dalam ilmu.
Karena jika baca terjemahan atau matan kitab tidak perlu mendalam ilmu. Anak SD orang arab saja bisa. Tapi memahami maksud yang dikehendaki yang tidak nampak dengan tulisan hanya bisa dilakukan oleh orang yang mendalam ilmunya.
Allah tidak mensifati orang yang selamat dari ayat mutasyabihat dengan sifat : orang orang yang kuat imannya. Karena sekalipun kuat imannya tapi dangkal didalam ilmu bisa saja terjerumus syubhat dari ayat mutasyabihat.
Sehingga jangan heran jika yang terjerumus wahabi kebanyakan orang orang awam.
Coba bayangkan… bagaimana bisa orang awam memahami maksud perkataan imam al muzani, ternyata di dalam makna tinggi yang diucapkan tidak menghendaki tinggi berada di atas.
Jika orang awam bertanya. Lantas apa maksud dari tinggi di atas Arsy jika bukan berada di atas.
Antum bisa jawab dengan dua Qoul :
1. Qoul Imam Ath Thabari (ulama salaf) :
فقل علا عليها علو ملك وسلطان
Katakanlah…tinggi pada ayat itu adalah tinggi kekuasaan dan sulthan.
Qoul ath thabari ini adalah qoul minoritas dari ulama salaf.
2. Qoul Imam Al Baghowiy yang dinukil oleh Imam Adz Dzahabi di dalam Al Uluw :
ﻭﻳﻜﻞ ﻋﻠﻤﻬﺎ ﺇﻟﻰ اﻟﻠﻪ ﻭﻳﻌﺘﻘﺪ ﺃﻥ اﻟﻠﻪ ﻣﻨﺰﻩ ﻋﻦ ﺳﻤﺎﺕ اﻟﺤﺪﺙ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻣﻀﺖ ﺃﺋﻤﺔ اﻟﺴﻠﻒ ﻭﻋﻠﻤﺎء اﻟﺴﻨﺔ
Serahkan ilmu Nya kepada Allah dan meyakini sesungguhnya Allah adalah yang disucikan dari tanda tanda baru. Di atas yang demikian itulah jalan yang ditempuh para Imam salaf dan para ulama sunnah.
Kitab Al Uluw lil Aliyyil Goffar.
Qoul Al Baghowi ini adalah qoul mayoritas para ulama salaf.
Sebarkan dan ajarkan terutama orang terdekat (anak atau isteri), jangan sampai anak antum hijrah tapi salah hijrah..repot nantinya.