Ustadz salafi wahabi pertama mengatakan :
Para sahabat tidak pernah bertanya kepada NABI ”di mana ALLAH sebelum ALLAH menciptakan Langit & Bumi.?”
Sedangkan ustadz salafi wahabi yang ke dua membacakan hadits Dari ABU RAZIN Radhiallahu ‘Anhu, bahwa dia mengatakan :
قُلْتُ :
”يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ كَانَ رَبُّنَا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ خَلْقَهُ.”
قَالَ :
”كَانَ فِي عَمَاءٍ مَا تَحْتَهُ هَوَاءٌ وَمَا فَوْقَهُ هَوَاءٌ وَخَلَقَ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ.”
قَالَ أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ قَالَ يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ : ”الْعَمَاءُ أَيْ لَيْسَ مَعَهُ شَيْءٌ.”
قَالَ أَبُو عِيسَى :
هَكَذَا رَوَى حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ وَكِيعُ بْنُ حُدُسٍ وَيَقُولُ شُعْبَةُ وَأَبُو عَوَانَةَ وَهُشَيْمٌ وَكِيعُ بْنُ عُدُسٍ وَهُوَ أَصَحُّ وَأَبُو رَزِينٍ اسْمُهُ لَقِيطُ بْنُ عَامِرٍ قَالَ وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
Aku pernah bertanya :
Wahai RASULULLAH, di manakah ALLAH sebelum Dia menciptakan makhluk-Nya.?
RASULULLAH Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab :
”Dia berada di AMAA’ yang tinggi yang di atas dan di bawahnya tidak ada udara, lalu Dia menciptakan ‘Arsy di atas air.”
Ahmad Bin Mani’ berkata bahwa Yazid Bin Harun mengatakan :
”Istilah AL-AMAA’ maksudnya adalah ”Tidak ada sesuatu apapun bersamanya.”
Abu Isa (Imam At-Tirmidzi) mengatakan :
Dan seperti itulah Hammad Bin Salamah dan Waki’ meriwayatkan.
Syu’bah, Abu Awanah, Husyaim dan Waki’ Bin Udus mengatakan dan itu yang lebih Shahih dan Abu Razin nama aslinya adalah Laqith Bin Amir, dan saya katakan bahwa hadits ini Hasan.
[HR. Tirmidzi : 3109 dan 3034]
IMAM ALI AL-QARI’ Rahimahullah juga menjelaskan makna dari Al-Amaa’, beliau mengatakan :
قَالَ الْقَاضِي: الْمُرَادُ بِالْعَمَاءِ مَا لَا تَقْبَلُهُ الْأَوْهَامُ وَلَا تُدْرِكُهُ الْعُقُولُ وَالْأَفْهَامُ، عَبَّرَ عَنْ عَدَمِ الْمَكَانِ بِمَا لَا يُدْرَكُ وَلَا يُتَوَهَّمُ، وَعَنْ عَدَمِ مَا يَحْوِيهِ وَيُحِيطُ بِهِ الْهَوَاءُ، فَإِنَّهُ يُطْلَقُ وَيُرَادُ بِهِ الْخَلَاءُ الَّذِي هُوَ عِبَارَةٌ عَنْ عَدَمِ الْجِسْمِ، لِيَكُونَ أَقْرَبَ إِلَى فَهْمِ السَّامِعِ.
Sang Qadli berkata :
Yang dimaksud dengan AL-AMAA’ adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh imajinasi dan mustahil di capai oleh akal dan pemahaman.
NABI menunjukkan ketiadaan tempat dengan sesuatu yang tak bisa di mengerti dan di imajinasikan, dan beliau juga memenunjukan ketiadaan sesuatu yang memuatnya ataupun udara yang melingkupinya.
Istilah ini secara mutlak di maksudkan pada suatu kekosongsan murni yang merupakan istilah bagi ketiadaan Jism. [Hal ini] agar lebih mudah dimengerti oleh pendengar.
[Mirqathul Mafatih : 9/3661]
Hadits yang hampir sama maknanya dengan yang diatas yakni Dari IMRAN BIN HUSAIN Rhadiallahu’anhu, dia berkata :
إِنِّيْ عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم إِذْ دَخَلَ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ الْيَمَنِ فَقَالُوْا: جِئْنَاكَ لِنَتَفَقَّهَ فِي الدِّيْنِ وَلِنَسْأَلَكَ عَنْ أَوَّلِ هَذَا اْلأَمْرِ مَا كَانَ. قَالَ: كَانَ اللهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ
رواه البخاري
Aku berada bersama NABI Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, tiba-tiba datang sekelompok dari penduduk Yaman dan berkata :
Kami datang untuk belajar agama dan menanyakan tentang permulaan (alam) yang ada ini, bagaimana sesungguhnya.?
RASULULLAH Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab :
ALLAH telah ada dan tidak ada sesuatu apapun selain-Nya.
[HR. Bukhari : 3191]
Dan dengan Hadits di atas SYAIKH NASHIRUDDIN AL-ALBANI mempunyai kesimpulan dengan mengatakan :
نقول : إن الله منزه عن المكان باتفاق جميع علماء الإسلام, لماذا.؟
لان الله كان ولا شيئ معه وهذا معروف فى الحديث الذي فى صحيح البخاري عن عمران بن حصين “كان الله ولا شيئ معه” ولا شك ان المكان هو شيئ اي هو شيئ وجد بعد ان لم يكن واذا قال الرسول “كان الله ولا شيئ معه” معناه: كان ولا مكان له لانه هو الغني عن العالمين هذه الحقيقة متفق عليها.
Kami katakan bahwa sesungguhnya ALLAH itu Maha Suci dari Tempat menurut kesepakatan seluruh Ulama Islam, Mengapa.?
Karna ALLAH ada dan tidak ada sesuatu bersamanya, dan ini merupakan hal yang telah diketahui di hadits Shahih BUKHARI dari Imran Bin Husain ”ALLAH Ada dan Tidak Ada Sesuatupun Bersamanya.” dan tidak diragukan lagi bahwa TEMPAT adalah Sesuatu, Yakni Hal yang ada setelah Hal tersebut pernah juga Tidak ada, dan ketika RASUL bersabda ”ALLAH Ada dan Tidak Ada Sesuatupun Bersamanya.” Maknanya adalah ALLAH tidak Bertempat, karena ALLAH itu Dzat yang MAHA KAYA terhadap Alam Semesta. Fakta ini merupakan hal yang telah disepakati.
[Kitab Fatawa Al-Albani : Halaman 339]
IMAM ABU HANIFAH Rahimahullah mengatakan :
أرَأيْتَ لَوْ قِيْلَ أيْنَ اللهُ؟
يُقَالُ لَهُ :
كَانَ اللهُ تَعَالَى وَلاَ مَكَانَ قَبْلَ أنْ يَخْلُقَ الْخَلْقَ، وَكَانَ اللهُ تَعَالَى وَلَمْ يَكُنْ أيْن وَلاَ خَلْقٌ وَلاَ شَىءٌ، وَهُوَ خَالِقُ كُلّ شَىءٍ.
Tahukah engkau jika ada orang berkata :
Di manakah ALLAH.?
Jawab :
Dia ALLAH ada Tanpa Permulaan dan Tanpa Tempat, Dia ada sebelum segala makhluk-Nya ada.
ALLAH ada Tanpa Permulaan Sebelum adanya Tempat, Sebelum adanya Makhluk dan Sebelum Segala Suatu apapun. Dan Dia adalah Pencipta Segala Sesuatu
[Al-Fiqh Al-Absath : 20]
RASULULLAH Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam Bersabda :
لَا يَنْبَغِي لِعَبْدٍ أَنْ يَقُولَ أَنَا خَيْرٌ مِنْ يُونُسَ بْنِ مَتَّى
Tidak patut bagi seorang hamba berkata bahwa aku (Muhammad) lebih baik dari pada Yunus bin Matta.
[HR. Bukhari : No. 3163]
IMAM MALIK Rahimahullah menjelaskan hadits diatas, beliau berkata :
إنما خص يونس للتنبيه على التنـزيه
لأنه صلى الله عليه وسلم رُفع إلى العرش ويونس عليه السلام هُبط على قابوس البحر ونسبتهما مع ذلك من حيث الجهة إلى الحق جل جلاله نسبة واحدة.
ولو كان الفضل بالمكان لكان عليه الصلاة والسلام أقرب من يونس بن متى وأفضل مكانا ولما نهى عن ذلك
Sesungguhnya penyebutan khusus (NABI MUHAMMAD) kepada (Nabi) Yunus adalah peringatan sebagai bentuk tanzih kepada-Nya (ALLAH).
karna saat NABI Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam diangkat ke Arsy (saat mi’raj) dan Nabi Yunus ‘Alaihissalam di tenggelamkan di bawah dasar lautan (dalam perut ikan) dan perbandingan mereka baik dari segi arah atas maupun bawah sesungguhnya bagi ALLAH Ta’ala keduanya sama saja.
Andai keutamaan itu diperoleh dengan sebab Tempat, maka niscaya RASULULLAH (ketika mi’raj) akan lebih dekat kepada ALLAH di bandingkan Nabi Yunus (yang ditenggelamkan di dasar laut dalam perut ikan)
Dan andai yang paling utama itu di karnakan sebab tempat, niscaya RASULULLAH tidak melarang (seorang hamba) untuk melebih-lebihkan dirinya daripada Nabi Yunus
[Al-Muqtafa Fi Syaraf Al-Musthafa]
[As-Saif Ash-Shaqil Fi Ar-Radd ‘Ala Ibnu Zafil]
[Ithaf As-Sadatil Muttaqin]
IMAM SYAFI’I Rahimahullah mengatakan :
و أنه لا يحويه مكان و لا يجري عليه زمان منزه عن الحدود و النهايات مستغن عن المكان و الجهات و يتخلص من الهالك و الشبهات
ALLAH ta’ala tidak diliputi oleh Tempat & tidak berlaku bagi-Nya waktu/zaman.
Dia juga maha dibersihkan dari segala batasan, ujung & tidak butuh kepada Tempat & Arah.
Dia selamat dari segala bentuk Kerusakan & Keserupaan.
[Al-Kawkab Al-Azhar Syarah Al-Fiqh Al-Akbar : Halaman 68].
Makna Istawa’ menurut IMAM AHMAD BIN HANBAL yang di salah pahami oleh mujassimah
IMAM AHMAD BIN HANBAL Rahimahullah mengatakan :
في معني الاستواء هو العلو والارتفاع ولم يزل الله عاليا رفيعا قبل أن يخلق عرشه فهو فوق كل شىء والعالي علي كل شىء.
ولا يجوز أن يقال استوي بمماسه ولا بملاقاه تعالي الله عن ذلك علوا كبيرا والله تعالي لم يلحقه تغيير ولا تبدل ولا تلحقه الحدود قبل خلق العرش ولا بعد خلق العرش
Dalam makna Istiwa yaitu ketinggian DERAJAT dan KEAGUNGANYA.
ALLAH sentiasa Maha Tinggi dan Maha Tinggi sebelum Dia menciptakan Arsy. Dia di atas segala sesuatu dan Maha Tinggi daripada segala sesuatu.
Tidak boleh seseorang berkata bahawasanya Istiwa’ itu adalah dzat ALLAH menyentuh Arsy atau menempatinya, Maha Suci ALLAH daripadanya setinggi-tingginya, Dia tidak akan berubah-ubah, tidak dibatasi dengan sebarang batasan sebelum penciptaan ‘Arsy dan setelah kejadian (Penciptaan) ‘Arsy tersebut.
[Risalah At-Tamimi : 2/265-290]
IMAM ABUL HASAN AL-ASY’ARI Rahimahullah Mengatatakan :
كان االله ولا مكان فخلق العرش والكرسي ولم يحتج إلى مكان، وهو بعد خلق المكان كما كان قبل خلقه
ALLAH ada Tanpa Permulaan dan Tanpa Tempat, kemudian Dia menciptakan ‘Arsy, dan Dia tidak membutuhkan kepada Tempat.
Setelah Dia menciptakan Tempat, Dia tetap ada seperti sediakala sebelum ada makhluk-Nya (Ada Tampa Tempat)
[Tabyin Kadzib Al-Muftari : 150]
IMAM ABU MANSHUR AL-MATURIDI Rahimahullah mengatakan :
إن االله سبحانه كان ولا مكان، وجائز ارتفاع الأمكنة وبقاؤه على ما كان، فهو على ما كان، وكان على ما عليه الان، جل عن التغير والزوال والاستحالة.
Sesungguhnya ALLAH ada tanpa permulaan dan tanpa Tempat.
Tampat adalah makhluk yang memiliki permulaan dan bisa diterima oleh akal jika ia memiliki penghabisan sedangkan ALLAH ada tanpa permulaan dan tanpa penghabisan, Dia ada sebelum adanya tempat dan Dia sekarang setelah menciptakan tempat, Dia tetap ada tanpa bertempat.
Dia maha suci dari adanya perubahan, penghabisan atau berpindah dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.
[Kitab At-Tauhid : Halaman 69]
IMAM ABU JA’FAR ATH-THAHAWI Rahimahullah mengatakan :
وَتَعَالَى عَنِ الْحُدُودِ وَالْغَايَاتِ، وَالْأَرْكَانِ وَالْأَعْضَاءِ وَالْأَدَوَاتِ، لَا تَحْوِيهِ الْجِهَاتُ السِّتُّ كَسَائِرِ الْمُبْتَدَعَاتِ.
Maha Suci diri-Nya dari batasan ukuran beserta ujung, anggota badan yang besar hingga kecil dan Dia tidak diliputi oleh 6 penjuru arah sebagaimana semua makhluk-Nya.
[Matan Aqidah Ath-Thahawiyah : 15]
IMAM AN-NAWAWI Rahimahullah mengatakan :
إِنَّ اللهَ تَعَالَى لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَإِنَهُ مُنَزَّهٌ عَنِ التَّجْسِيْمِ وَالانْتِقَالِ وَالْتَحَيُّزِ فِى جِهَةٍ وَعَنْ سَائِرِ صِفَاتِ الْمَخْلُوْقِ
.
Sesungguhnya ALLAH Ta’ala tiada suatupun yang menyerupai-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Suci dari penjisiman, perpindahan, mengambil Ruang (tempat) di suatu arah dan dari semua sifat makhluk.
[Syarah Shahih Muslim : 3/19]
IMAM IBNU HAJAR AL-ASQALANI Rahimahullah mengatakan :
فَمُعْتَمَدُ سَلَفُ الأَئِمَّةِ وَ عُلَمَاءُ السُّنَّةِ مِنَ الْـخَلَفِ, أَنَّ اللهَ مُنَزَّهٌ عَنِ الْـحَرَكَةِ وَالتَّحَوُّلِ وَالْـحُلُوْلِ
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
Muktamad (yang menjadi pegangan) salaf dari kalangan ulama ahlussunnah dan juga khalaf bahwa sesungguhnya ALLAH Ta’ala suci dari pergerakan, perpindahan dan juga mengambil ruang (menempat).
.
Tiada sesuatupun yang menyerupai-Nya.
[Fathul Bari : 7/124]