Disaat Fir’aun mencoba meraba apa yang telah disampaikan oleh Nabi Musa alaihis salam saat musa di tanya siapa Tuhanmu, dan musa menjawab bahwa Tuhan Nabi Musa adalah “Tuhan yang memiliki langit dan bumi”.
Fir’aun mencoba dengan ber sangka² di mana keberadaan Tuhan Musa itu.
Berangkat dari pikiran sempitnya yang menyangka “setiap yang ada pasti punya tempat”.
dan pilihan yang ada cuma dua yakni di langit atau di bumi, dan bila di bumi tentu Nabi Musa as telah menunjukkan keberadaan Tuhannya.
Tapi nyata nya di bumi tidak ada.
Maka Fir’aun menyangka bahwa jika Tuhan Musa tidak di bumi, barangkali ada di langit.
Fir’aun yang telah termakan dengan asumsi nya sendiri yang salah kaprah, ia mencoba membuktikan keberadaan Tuhan Musa yang ia sangka bertempat di langit, sehingga ia perintahkan Haman untuk membangun bangunan yang tinggi, agar ia bisa melihat Tuhan Nabi Musa, sebagaimana di ceritakan dalam Al-Quran Surat Ghafir ayat 36-37 :
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ (36) أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا وَكَذَلِكَزُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُعَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِي تَبَابٍ (37)
Dan berkatalah Fir`aun: Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu (36) (yaitu) pintu² langit, supaya aku dapat melihat Tuhan nya Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta”. Demikianlah dijadikan Fir`aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir`aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian (37)”.
Imam Alqurthubi Berkata dalam menafsirkan Ayat tsb :
{فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَـهِ مُوسَى} فانظر إليه نظر مشرِفٍ عليه. توهَّم أنه جسمٌ تحويه الأماكن. وكان فرعون يدعي الألوهية ويرى تحقيقها بالجلوس في مكان مشرف.
( supaya aku dapat melihat tuhannya musa )
Maka fir’aun memandang tuhannya musa dengan pandangan adanya arah, dia menyangka bahwa tuhannya musa adalah jisim yang diliputi oleh tempat,
Dan pada waktu itu fir’aun memang mengaku sebagai tuhan, dan berpikir kenyataan tuhan adalah dengan duduk ditempat yang mulia,
( aljami’u li ahkami alqur’n 18/357 )
Imam ibnu katsir juga mengatakan dalam tafsirnya :
وإنما أراد بهذا أن يظهر لرعيته تكذيب موسى فيما قاله ، من أن هناك إلها غير فرعون.
Adapun yang dikehendaki fir’aun dengan ini, yaitu untuk menjelaskan terhadap rakyatnya bahwa musa telah berbohong atas ucapannya, dengan adanya tuhan selain fir’aun,
( tafsir ibnu katsir 6/248 )
Imam abu mansur al maturidi berkata :
للمشبهة تعلق بظاهر هذه الآية يقولون: لولا أن موسى – عليه السلام – كان ذكر وأخبر فرعون: أن الإله في السماء، وإلا لما أمر فرعون هامان أن يبني له مايصعد به إلى السماء ويطلع على إله موسى على ما قال تعالى خبراً عن اللعين.
لكنا نقول: لا حجة لهم؛ فإنه جائز أن يكون هذا من بعض التمويهات التي كانت منه على قومه في أمر موسى – عليه السلام
Kaum Musyabbihah (menyerupakan Allah dengan makhluk) berpegang dengan dhohir ayat ini, mereka beralasan :
Seandainya bukan karena Musa as telah menyebut dan memberitahu Fir’aun bahwa Tuhan di atas langit, sungguh Fir’aun tidak menyuruh Haman membangun bangunan agar ia dapat naik ke langit dan melihat Tuhan Nabi Musa, sebagaimana Firman Allah menceritakan pernyataan Fir’aun (Al-La’in)
Tetapi kita menjawab : Tidak ada dalil yang jelas bagi mereka, karena sebenarnya pernyataan Fir’aun tersebut sebagian dari kedustaan atau kepura-puraan Fir’aun kepada kaum nya tentang Musa as.
( Tafsir Ta’wilat Ahlus Sunnah surat Ghafir ayat 37 )
Imam Al-Qusyairi (465 H) berkata :
ولو لم يكن من المضاهاة بين مَنْ قال إن المعبودَ في السماء وبين الكافر إلا هذا لكفي به خِزْياً لمذهبم . وقد غَلِطَفرعونُ حين تَوَهَّمَ أنَّ المعبودَ في السماء ، ولو كان في السماء لكان فرعونُ مُصِيباً في طَلَبِه من السماء .
قوله جل ذكره : { وَكَذَالِكَ زُيِّنَلِفِرْعَوْنَ سُوءُعَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلاَّ فِى تَبَابٍ } .
أخبر أنَّ اعتقادَه بأنَّ المعبودَ فيالسماء خطأٌ ، وأنَّهبذلك مصدودٌ عن سبيل الله
Tiada persamaan antara orang yang berkata bahwa Tuhan di langit dengan orang Kafir [yang menyembah berhala di bumi] kecuali mereka [sama-sama meyangka Tuhan bertempat], sungguh cukup dengan ini, kehinaan pendapat mereka (kaum musyabihah yang menganggap Tuhan Bertempat). Dan sungguh Fir’aun salah sangka ketika memahami bahwa Tuhan di langit, seandainya benar Tuhan di langit, sungguh Fir’aun benar pada mencari Tuhan ke langit, sementara pada Firman Allah selanjutnya, Allah Berfirman dengan pernyataan
وَكَذَالِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِوَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلاَّ فِى تَبَابٍ
Allah menyatakan bahwa i’tiqad Fir’aun ( Tuhan di langit ) itu adalah persangkaan yang salah, dan dengan demikian ia pun tertutup dari jalan Allah”.
( Tafsir Lathaif Al-Isyarat surat Ghafir ayat 37 )
Imam At-Thabrani (360 H) berkata :
وَإِنِّي لأَظُنُّهُ كَاذِباً ، أي إني لأظن موسى كَاذِباً فيما يقولُ إنَّ له ربّاًفي السَّماء
“وَإِنِّي لأَظُنُّهُ كَاذِباً
Maksud nya, sungguh aku yakin Musa berdusta pada pernyataan nya bahwa bagi nya ada Tuhan di langit.
Di sini biasanya mereka yang berkeyakinan musyabihah mencoba mencari celah dengan menuliskan sebagian saja, atau memotong kutipan tafsir, untuk membenarkan pernyataan mereka pada artikel yang mereka tulis.
Padahal selanjutnya Imam At-Thabrani menjelaskan siapa yang meyakini Tuhan di langit.
ولما قالَ موسى: ربُّ السَّماواتِ، فظنَّ فرعون بجهلهِ واعتقاده الباطل أنه لَمَّا لَم يُرَ في الأرضأنه في السماء
Dan mana kala Nabi Musa berkata : Robbu As-Samawat, Fir’aun menyangka dengan kejahilannya dan i’tiqad nya yang bathil, bahwa ketika Tuhan Nabi Musa tidak ada di bumi, pastilah Dia di langit“.
( Tafsir At-Thabrani surat Ghafir ayat 37 )
Manhaj Fir’aun adalah Manhaj nya orang-orang yang meyakini Allah bertempat di langit, karena Fir’aun orang yang menduga Allah bertempat di langit, hanya saja Fir’aun tidak percaya adanya Allah karena dirinya tidak bisa membuktikan sendiri dengan cara naik ke langit.
kalo wahabi mengatakan tidak bertempat,tidak berarah,dikonotasikan sebagai tidak Ada
Ajaran Nabi Musa tidak mengajarkan keyakinan Tuhan berada di langit, tapi itu hanya salah kaprah Fir’aun dalam memahami apa yang disampaikan oleh Nabi Musa.
Wallahu A’lam.