Apakah kalian para wahabi masih bersikeras menggunakan makna zdahir pada ayat/hadits mutasyabihat ini ?
Surat At-Taubah Ayat 67
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ ۚ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan,sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama,mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.
Mereka melupakan Allah maka Allah pun lupa dengan mereka.
(QS Attaubah:67)
Surat As-Sajdah Ayat 14
فَذُوقُوا بِمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا إِنَّا نَسِينَاكُمْ ۖ وَذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Maka rasailah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini. Sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal,disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan.
Sungguh kami telah lupa pada kalian
( QS Assajadah 14).
Di situ kalimatnya mereka melupakan Allah maka Allah lupa dengan mereka
Dan juga sungguh kami telah lupa pada kalian
Apakah Allah itu punya sifat lupa bi wahabi mujasimmah kalau tidak di takwil bagai mana wahabi memahami kedua ayat ini bi wahabi salafi mujasimah
Jawab ya wahabi/salafi mujasimmah tentang.
(QS Assajadah 14).dan(QS Attaubah:67),
Aswaja menakwil ayat itu dengan makna.
“Kami membiarkan kalian dalam azab, rasakanlah azab Jahanam yang tidak terputus akibat dari perbuatan kalian di dunia berupa kekafiran kepada Allah dan kemaksiatan kepadaNya.”
Atau dengan makna
“Kami meninggalkan kalian di dalam siksa tanpa peduli dengan rasa sakit yang kalian rasakan, dan rasakanlah siksa Neraka yang kekal, yang tidak terputus dikarenakan kemaksiatan yang kalian lakukan di dunia.”
Sehinga makna lupa di situ berubah
Makna menjadi (membiarakan) atau meningalkan,bukan lupa bi wahabi salafi mujasimmah karna Allah tidak punya sifat lupa yang punya sifat lupa itu mahkluk bi wahabi mujasimmah ente paham.
Dan juga diriwayatkan dalam hadtist Qudsi bahwa Allah swt berfirman :
”Wahai Keturunan Adam, Aku sakit dan kau tak menjenguk Ku, maka berkatalah keturunan Adam : Wahai Allah, bagaimana aku menjenguk Mu sedangkan Engkau Rabbul ’Alamin?, maka Allah menjawab : Bukankah kau tahu hamba Ku fulan sakit dan kau tak mau menjenguknya?, tahukah engkau bila kau menjenguknya maka akan kau temui Aku disisinya?
(Shahih Muslim hadits no.2569)
Bagaimana dengan hadits ini bi wahabi/salafi mujasimmah murjiah apakah Allah itu bisa sakit kayak kalian bi wahabi/salafi.
Sebagian sahabat kami dalam
menafikan tempat bagi Allah mengambil dalil dari sabda Rasulullah shalllallahu ‘alayhi wa sallam:
Maknanya: “Engkau azh-Zhahir (yang segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya), tidak ada sesuatu di atas-Mu dan Engkaulah al Bathin (yang tidak dapat dibayangkan) tidak ada sesuatu di bawah-Mu” (H.R. Muslim dan lainnya).
Jika tidak ada sesuatu di atas-Nya dan tidak ada sesuatu di bawah-Nya berarti Dia tidak bertempat”.
3. Manakah yang berjarak lebih dekat ke ‘arsy : seseorang dalam keadaan berdiri atau sujud?
Wahhaby punya keyakinan bahwa Tuhan bertempat di‘arsy. Coba kalian pikirkan, manakah yang berjarak lebih dekat ke ‘arsy : seseorang dalam keadaan berdiri atau sujud? Sudah tentu berdiri lebih dekat ke ‘arsy. Jadi apabila kalian berpendapat bahwa Allah bersemayam di ‘arsy, maka dimanakah hadits yang mengatakan, “Paling dekatnya kedudukan seorang hamba dengan Tuhannya adalah apabila dia dalam keadaan sujud”.
4. Dimanakah Allah sebelum diciptakannya semua makhluq (Tempat, arah, arsy dsb) ? setelah Allah ciptakan semua makhluq (langit,arsy,arah,tempat dsb), dimanaallah? Apakah sifat dzat Allah berubah?
Sebelum Allah ciptakan semua makhluq (zaman azali).
Semua makhluq tidak ada (langit,arsy,tempat, ruang,cahaya, atas,bawah….semua makluq tdk ada,karena Allah blm ciptakan…..) pada saat itu dimana Allah bi wahabi/salafi mujasimmah murjiah?
Dan setelah Allah ciptakan semua makhluq (langit,arsy,arah,tempat dsb), dimana allah?
Ingat : Sifat allah tetap tdk berubah..sifat allah tdk sama dgn makhluq. Maka orang yang mengatakan tuhan bertempat menyalahi sifat wajib salbiyah Allah.
Sifat Salbiyah :Sifat yang digunakan untuk menolak sesuatu yang tidak patut untuk dinisbahkan kepada Allah. Ada 5 sifat yaitu :
Wahdaniyah/esa (Allah tidak banyak atau tidak terpecah-pecah (ada tuhan yang dilangit, ada tuhan yang di arsy, ada tuhan yang di sorga, ada tuhan yang di baitullah dsb)
Qidam/ada sebelum semua makhluq ada (Allah Ada sebelum tempat dan arah ada)
Baqo /kekal (Allah kekal sedangkan langit akan di gulung/hancurkan)
Mukhalafatu lil hawaditsi/berbeda dgn makhluq (Allah beda dgn makhkuq, sedangkan yang bertempat dan berarah adalah benda kasar/makhluq)
Qiyamuhu binafsihi /tidak memerlukan apapun( Allah tidak memerlukan tempat/arsy dsb)
5. Kenapa⁹ kalian solat masih hadap kekiblat, katanya Allah diatas?
ingat Langit Hanyalah kiblat Do’a….bukan tempat bersemayam Allah….ingat : Allah ada tanpa tempat dan arah.
6. Manakah arah ATAS yang kalian maksud? Tunjukan?
Bumi ini Bulat dan tidak ada arah atas bagi benda yang bulat,
Arah atasnya orang di Indonesia adalah arah bawahnya Orang yang ada di Negara Amerika, dan sebaliknya.
7. Apakah Tuhan-Mu bergelantungan di langit pertama setiap saat?
Kalian katakan pada sepertiga malam Allah dilangit pertama bukan diatas arsy, padahal waktu bergulir setiap saat. Jika di Indonesia tengah Malam maka di Amerika adalah siang hari.
8. Makna zahir mana yg mereka katakan “menerima secara zahir” ??
Mereka katakan mereka menerima secara zahir,lalu mereka katakan lagi bahwa yg zahir itu beda dengan zahirnya makhluk.
Kami bertanya :
lalu makna zahir mana yg mereka katakan “menerima secara zahir” ??
Inilah akidah akal akalan mereka tak ada satu orangpun salaf al shalih yg berakal seperti ini.
Jika menggunakan makna dhahir ayat dan hadist maka tidak akan bisa menjawabnya dan terjerumus dalam tasybih (penyerupaan kepada makhluq).
Ta’wil disni berarti menjauhkan makna dari segi zahirnya kepada makna yang lebih layak bagi Allah, ini kerana zahir makna nas al-Mutasyabihat tersebut mempunyai unsur jelas persamaan Allah dengan makhluk. Dalil melakukan ta’wil ayat dan hadis mutasyabihat.