Ada beberapa ciri-ciri yang mudah,yang dapat kita lihat untuk mengetahui bahwa seseorang tersebut menjadi pengikut mujasimah Salafi/Wahabi.
Ciri-Ciri Bedebah Wahabi
- 1. Bid’ah, Syirik, Kufur, Syiah Rafidhah.
- 2. Berijtihad sendiri.
- 3. Tidak mengutip pendapat imam madshab.
- 4. Sohih albani.
- 5. Hari raya islam hanya ada dua.
- 6. Sesat di luar kelompoknya.
- 7. Tidak bermadzhab.
- 8. Taqlid ulama wahabi.
- 9. Tidak mengenal sosialisasi.
Perlunya deteksi sejak dini terhadap kelompok mujasimah ini agar kita sodara teman sanak famili handai tolan kita tidak mudah terpapar penyimpangan ajaran mereka ini.
Dan berikut ini karakter ciri khas para pengikut dan penganut ajaran mujasimah Salafi/Wahabi.
1. Syirik, Bid’ah, Kufur, Syiah Rafidoh
Kata kunci atau tema yang biasa diulang-ulang dan dibahas oleh ulama berfaham mujasimah Salafi/Wahabi berkisar pada kata bid’ah, syirik, kufur, syiah rafidhah yang ditujukan kepada kelompok Islam yang tidak sepemikiran dengan mereka. Kita akan sangat sering menemukan salah satu dari empat kata tersebut dari setiap kajian atau fatwa mereka.
2. Berijtihad Sendiri Dalam Mengambil Kesimpulan Hukum
Dalam memberi fatwa, ulama Salafi/Wahabi cenderung akan berijtihad sendiri dengan mengutip ayat dan hadits yang mendukung. Atau kalau pun mengutip pendapat ulama, mereka cenderung mengutip pendapat Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim Al Jauziyah. Selanjutnya mereka akan membuat fatwa sendiri yang kemudian akan menjadi dalil para pengikut Wahabi/Salafi. Dengan kata lain, sejatinya para pengikut Wahabi/Salafi bertaqlid buta pada ulama Wahabi/Salafi.
3. Jarang Mengutip Pendapat Imam Madzhab
Kalangan ulama Salafi/Wahabi sangat jarang mengutip pendapat ulama Salaf seperti ulama 4 madzhab dan yang lain kecuali madzhab Hanbali yang merupakan tempat rujukan asal mereka dalam bidang fiqih,walaupun tidak mereka akui secara jelas. Hanya pendapat Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim Al Jauziyah yang mereka kutip, khususnya dalam bidang aqidah mereka akan mengutip pendapat Muhammad bin Abdul Wahhab pendiri madzhab Wahabi dari Najed itu.
4. Taqlid Dengan Syehk Albani
Apabila mereka mengutip hadits, mereka cenderung menambahkan kalimat, “dishahihkan oleh Albani” setelah menyebutkan riwayat hadits tersebut. Siapa albani? Sebenarnya dia bukan muhadist, akan tetapi tukang service jam, dan kebetulan dia mempelajari dan membaca kitab-kitab hadist di perpustakaan dan itu pun tanpa guru, berarti sanad keilmuanya terputus dong, tidak sampai Rosullullah SAW.
5. Hari Raya Wahabi Salafi
Di mata ulama Salafi/Wahabi, perayaan Islam yang boleh dilakukan hanya Idhul Fitri dan Idhul Adha, sedangkan perayaan lain seperti perayaan Maulid Nabi SAW, perayaan Isra Mi’raj dan sebgainya dianggap haram dan bid’ah, sesat dan masuk neraka katanya.
6. Di luar Kelompoknya di Sebut Ahlul Bid’ah
Gerakan atau organisasi Islam di luar ideologi mujasimah Salafi/Wahabi yang tidak segaris dengan mereka akan dianggap syirik, kufur, atau bid’ah bahkan hahal untuk memeranginya. Oleh sebab itu kita tidak perlu heran, banyak tukang fatwa wahabi di sosmed yang gemar menyerang urusan amaliyah-amaliyah yang sudah berlaku di tengah-tengah umat islam dengan terang-terangan, seperti ziarah kubur, yasinan, zikir, tahlilan, sholawatan dan sebagianya, mereka sesat-sesatkan.
7. Tidak Bermadzhab
Pengikut Salafi/Wahabi tidak mau bertaqlid pada ulama salaf (klasik) dan khalaf (kontemporer), tapi dengan senang hati bertaqlid pada pendapat dan fatwa ulama-ulama Wahabi/Salafi yang dikeluarkan oleh Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Wal Ifta’ dan lembaga ulama-ulama yang menjadi anggota Hai’ah Kibaril Ulama yang nama lengkapnya adalah Risalah al Ammah lil Buhuts Wal Afta’, yang kemudian diluaskan melaui buku, majalah atau situs mereka.
8. Hanya Menghormati Ulama dari Kelompoknya Saja
Pengikut Salafi/Wahabi sangat menghormati ulama-ulama mereka dan selalu menyebut ulama Salafi/Wahabi dengan sebutan Syekh dan diakhiri dengan rahimahullah atau hafidzahullah. Seperti Syekh Utsaimin, Syekh Bin Baz, Syekh Albani dll. Tapi menyebut ulama lain cukup menyebut namanya saja.
9. Tidak Mau Bersosialisasi Kepada Sesama Selain Kelompoknya
Apa bila di dunia nyata mereka akan cendrung menyendiri (tidak ada istilah sosialisasi terhadap sesama manusia) sebab doktrin ngulama majhul mujasimahnya selalu berfatwa jangan bergaul dengan ahlul bid’ah. Meskipun bid’ah versi pemikiran mereka sendiri.
Maka dari itu sebenarnya ketika kita membaca buku atau artikel di internet, tidak terlalu sulit membedakan apakah tulisan itu bernafaskan Salafi/Wahabi atau tidak. Karena secara garis besar ciri-ciri mereka tidak jauh dari poin-poin di atas.
Namun sangat disayangkan ketidaktahuan ini sering menjadi penyebab seseorang yang sebenarnya Ahlussunnah Wal Jama’ah kemudian tanpa sadar ia mengutip fatwa-fatwa Salafi/Wahabi. Hal ini banyak sekali terjadi di tengah-tengah masyarakat kita.
Intinya cara termudah mengetahui seorang ulama atau ustadz atau aktivis apakah dia Salafi/Wahabi adalah bisa dilihat dari latar belakang pendidikannya, buku atau kitab yang selalu dikutip dan cara dia menyebut ulama Salafi/Wahabi dan ulama non Salafi/Wahabi.